Tuesday, January 25, 2011

Oknum pasif


Dulu seorang oknum berjanji. Saya cuma tersenyum sinis, ‘kita lihat saja nanti’ dan ternyata apa? Benar kan? Senyum sinis saya pun mengembang lagi. Oknum, tau apa kau soal janji? Jangan membuat suatu janji yang  mustahil untuk ditepati! Dasar oknum tak punya otak! Sekarangpun terlihat. Siapa yang memegang teguh prinsipnya dan siapa yang tidak. Oknum yang menjijikan, bagaimana tidak? Dia bahkan menjilat ludahnya sendiri.
Hei Oknum! Jangan mengucapkan sesuatu yang membuat dirimu terlihat lebih tegar padahal sebenarnya tak mampu kau lakukan! Bukannya membuatku menyesal telah menyudahi ini, tapi malah membuatku tertawa. Sejauh apa kamu mampu membuat dirimu terlihat baik? Ternyata tak lama!
Oknum, berhentilah berjanji. Berhentilah mempermalukan dirimu sendiri. Berhentilah juga bersikap pengecut! Kau harus menghadapi dunia ini. Jangan malah lari dari kenyataan! Kau hanya ingin balas dendam denganku bukan? Sayangnya hei oknum. Semakin kau ingin membalaskan dendammu, semakin aku menertawakanmu, semakin aku memandang rendah dirimu, dan semakin aku menganggapmu sampah busuk yang tak pernah dibuang. Tak pernah juga dipungut, bahkan dengan pemulung sekalipun.

No comments:

Post a Comment